Lahir di Era Teknologi, Gen Z Si Paling Go Digital

Mengangkat dari judul diatas, Saya akan membahas mengenai kedekatan Generasi Z dengan teknologi pada era digitalisasi dan revolusi industri 4.0. Dan bukan kebetulan, Saya juga termasuk generasi ini. Ya, Saya cukup yakin untuk menulis artikel ini karena Gen Z lahir dengan kemauan untuk mampu memahami dirinya sendiri.

Karakteristik Gen Z

Generasi Z, generasi yang lahir di era teknologi dan didampingi oleh internet selama masa pertumbuhannya. Tak heran jika mereka memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan generasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa studi dan analisis, ditemukan hasil yang sama mengenai karakteristik Gen Z. Salah satunya adalah studi yang dilakukan oleh McKinsey (2018), disebutkan bahwa Gen Z adalah generasi yang mencari akan suatu kebenaran. Dari pernyataan tersebut, perilaku Gen Z dikelompokan menjadi empat elemen utama.

  1. Pertama, generasi ini sangat menghargai kebebasan berekspresi dan toleransi pada setiap kelompok atau bahkan individu.

  2. Kedua, merupakan generasi yang tertarik untuk memiliki keterhubungan bersama orang lain secara global dalam sebuah komunitas, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

  3. Ketiga, Gen Z menyadari bahwa komunikasi adalah hal yang penting dalam penyelesaian konflik. Mereka juga berpikiran terbuka akan pemikiran setiap individu, serta gemar berinteraksi dengan orang lain.

  4. Keempat, merupakan generasi yang lebih realistis dan analitis dalam pengambilan keputusan. Mereka juga menganggap bahwa mengetahui apa yang terjadi disekitar adalah hal yang penting untuk memegang kendali.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan singkat, bahwa Generasi Z memiliki habit ingin mencari kebenaran mengenai jati diri, kebenaran mengenai lingkungan sekitar, dan kebenaran mengenai sistematika kehidupan di dunia.

Perkembangan Karakter dan Potensi Gen Z

Gambar perkembangan Gen Z

Bukan hanya tokoh utama dalam suatu anime yang mengalami character development, Gen Z juga mengalami perkembangan dan pengembangan karakter.

Banyak faktor yang menyebabkan berkembangnya karakter Gen Z, salah satunya adalah internet. Karena sejak kecil sudah terbiasa menggunakan gadget, keberadaan internet mempermudah mereka untuk beradaptasi dengan teknologi yang baru.

Menurut survei yang dilakukan oleh McKinsey (2020) di Asia Pasific, hampir sepertiga Gen Z menghabiskan lebih dari 6 jam sehari dalam menggunakan smartphone. Di Indonesia sendiri, Gen Z menggunakan smartphone hingga rata-rata 8,5 jam sehari. Survei tersebut juga menyebutkan bahwa Gen Z lebih banyak menghabiskan waktu di sosial media.

Kemudahan dalam menjelajah dan terkoneksi dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia, membuat Gen Z memiliki pola pikir global. Pola pikir inilah yang membuat mereka mudah menerima keberagaman tanpa memberi label tertentu.

Banyaknya informasi mengenai preferensi tiap individu, membuat pengembangan karakter Gen Z seolah tak terbatas karena sering kali jati diri mereka berkembang berdasarkan stimulus yang mereka terima.

Membangun Karakter Gen Z

Pada dasarnya Gen Z bisa belajar dari mana saja, apalagi di masa pandemi ini, mereka belajar secara online, menggunakan video conference, dan mungkin beradaptasi dengan Learning management system (LMS) atau yang lebih dikenal dengan e-learning.

Dengan demikian, instansi pendidikan perlu meningkatkan kualitas pendidikan yang berdasar pada bagaimana proses pendidikan dapat membangun karakter dan budaya belajar pada siswa.

Dalam buku Gen Z @ Work: How The Next Generation is Transforming the Workplace karya David dan Jonah Stillman (2017), mengidentifikasi tujuh karakter utama Gen Z. Dari tujuh karakter ini, kita bisa membedah bagaimana pendidikan seharusnya bertransformasi.

  1. Pertama karakter phygital, pada karakter ini Gen Z memadukan sisi fisik dan digital menjadi realitas tersendiri. Ini bisa menjadi landasan bagi para guru untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai. Selain itu guru perlu lebih kreatif lagi untuk membuat pembelajaran lebih fleksibel guna meningkatkan kecintaan siswa pada aktivitas belajar.

  2. Kedua karakter FOMO, yaitu karakter yang khawatir akan ketinggalan informasi atau trend yang sedang berlangsung. Dalam hal ini, pendidikan perlu menjadi wadah untuk berbagai informasi yang bermanfaat bagi siswa dan tidak hanya yang berkaitan tentang pembelajaran.

  3. Ketiga Karakter Hiper-kustomisasi, Gen Z sangat memahami kebutuhan yang ingin mereka dapatkan, sehingga mereka terbiasa untuk mengkostumisasi identitas diri. Begitu pula dalam konteks pendidikan, guru perlu memberikan kebebasan bagi siswa untuk melakukan personalisasi cara mereka belajar.

  4. Keempat Karakter terpacu, Gen Z adalah generasi yang kompetitif dan mudah excited dengan berbagai hal. Peran guru adalah menyalurkan potensi siswa dengan cara memfasilitasi jiwa kompetitif mereka.

  5. Kelima Karakter Realistis, Gen Z merencanakan masa depan secara realistis sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, namun juga sangat terbuka dengan perubahan seiring dengan perkembangannya. Dalam proses pembelajaran, sikap realistis perlu diterapkan agar siswa dapat terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan mereka.

  6. Keenam Karakter Weconomist, Bagi Generasi Z perkembangan ekonomi akan pesat jika melibatkan banyak masyarakat di dalamnya, karena itu mereka lebih menyukai kegiatan yang sifatnya berkelompok. Dalam pembelajaran, karakter ini perlu difasilitasi dengan tugas-tugas kolaboratif yang berbasis proyek, guna menganalisis dan melatih potensi diri.

  7. Ketujuh Karakter DIY, karakter ini ada karena Gen Z terbiasa menonton YouTube, yang dapat mengajari mereka untuk membuat segala sesuatu sendiri. Guru perlu membangun pelajaran yang menarik serta beragam untuk mendorong kreativitas siswa.

Karena saya rasa pembahasan mengenai karakteristik Gen Z cukup panjang, disini saya juga memberikan infografis yang lebih fokus pada “Bagaimana pendidikan harus bertransformasi”.

Gambar Infografis transformasi pendidikan

Gen Z sudah mulai menginvasi dunia kerja, maka dari itu pengembangan karakter atau kepribadian Gen Z sangat diperlukan untuk mendukung mereka di dunia kerja, karena saya yakin bahwa generasi kita bisa memberikan dampak yang positif untuk kedepannya.

Gen Z di Dunia Kerja

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2020, Indonesia akan mengalami Bonus Demografi, dimana jumlah penduduk di usia produktif lebih mendominasi. Survei tersebut juga memaparkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia berasal dari Generasi Z sebanyak 27,94%, sedangkan Generasi Milenial sebanyak 25,87%.

Usia tertua dari Gen Z sudah memasuki usia produktif dan dari survei yang dilakukan Ernest & Young (2015) kebanyakan (62%) dari mereka memilih untuk memulai usahanya sendiri. Saya sendiri sering menemukan mereka mulai membangun self branding di sosial media untuk mempromosikan jasanya sebagai freelancer.

Generasi ini memiliki karakteristik dan potensi yang unik, maka tak heran jika mereka mengharapkan sebuah perusahaan untuk memberikan sarana yang relevan dengan karakteristik mereka.

Lantas, bagaimana sebuah perusahaan dapat memberikan sarana yang diharapkan Gen Z? menurut studi yang dilakukan oleh NEW & Deloitte (2018), jawabannya adalah dengan memprioritaskan talent management.

Selain itu, Universitas Comenius melakukan survei mengenai ekspektasi Gen Z di dunia kerja. Terdapat 4 tahap yang dikaji dalam riset ini, yaitu:

  1. Pencarian perusahaan potensial

    Untuk mencapai kinerja ideal, Gen Z menginginkan perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan keseimbangan kehidupan pribadi dan kerja (work-life balance), seperti jam kerja yang fleksibel dan cuti berbayar.

  2. Ekspektasi karir

    Gen Z cenderung lebih bertahan lama di perusahaan yang menawarkan pengelolaan karir yang mumpuni, seperti memprioritaskan pengembangan skill dan talent.

  3. Lingkungan pekerjaan

    Gen Z tidak menyukai lingkungan kerja yang toxic. Perusahaan perlu memfasilitasi lingkungan kerja yang ideal bagi mereka, seperti hubungan yang baik dan saling mendukung antar karyawan maupun atasan.

  4. Kepuasan pekerjaan

    Gen Z sangat tertarik melakukan pekerjaan yang berarti untuk membuktikan diri bahwa mereka mampu berkontribusi bagi perusahaan. Hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan jika perusahaan mampu memanajemen karyawan dengan baik.

Memang apa sih yang bisa Gen Z lakukan? sampai sampai perusahaan atau organisasi perlu memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda.

Gen Z dan digitalisasi

Meski karakteristik yang digolongkan pada setiap generasi tidak selalu berlaku untuk setiap individu, namun tantangan dan inovasi yang dilalui setiap generasi saat mereka tumbuh dewasa, membentuk pandangan dan pola pikir yang berbeda.

Contohnya Gen Z yang lahir di masa yang cukup krusial. pandemi membuat beberapa orang tua dari mereka mengalami masalah finansial, hal ini pula yang membuat mereka menilai penting kestabilan finansial sejak dini, serta hadirnya inovasi seperti crypto membuat mereka berpikir bagaimana mereka harus berinvestasi.

Salah satu tokoh Gen Z yang menjadi pengusaha muda sukses adalah Erik Finman, dia merupakan salah satu investor kripto muda pertama yang berinvestasi dengan nilai besar di aset kripto, yakni Bitcoin. Di Indonesia sendiri kita memiliki Ghozali Ghozalu yang menjual ratusan foto selfie sebagai karya NFT.

Tapi meskipun bersifat digital, bukankah NFT dan kripto termasuk dalam proyek Virtual Reality? hmm.. berarti Gen Z bukan hanya berperan dalam era digitalisasi namun juga berkontribusi dalam virtual reality isasi di era society 5.0. hehe…

Dikutip dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian “Meski di tengah pandemi, ekonomi digital di Indonesia pada tahun 2020 bertumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh perubahan perilaku masyarakat di masa pandemi. Masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di rumah lebih memilih melakukan less contact economy…”

“Pergeseran pola konsumsi masyarakat tersebut juga mendorong UMKM yang tadinya melaksanakan usahanya melalui cara konvensional menjadi turut beradaptasi menggunakan e-commerce. Sebanyak 1 dari 5 pelaku usaha yang aktif menjual di e-commerce adalah pengguna baru.”

Sedangkan di tahun 2021 pertumbuhan ekonomi indonesia positif mencapai 3,51% dan UMKM masih berperan besar dalam perkembangan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa digitalisasi sangat berdampak positif bagi perekonomian indonesia.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga memaparkan bahwa “Indonesia diperkirakan akan membutuhkan talenta digital sebanyak 9 juta orang untuk 15 tahun ke depan.”

Lebih lanjut, “Pada tahun 2030, Indonesia diproyeksikan akan memasuki bonus demografi. Industri berbasis teknologi dan digitalisasi diperkirakan akan menjadi engine of growth baru yang membutuhkan SDM yang bertalenta dan technopreneur yang berdaya saing.”

Lalu, untuk saat ini apa yang bisa kita lakukan sebagai Gen Z yang mahir dalam menggunakan teknologi? Kita hanya perlu melakukan satu hal, yaitu peduli dengan sekitar. Hal sesederhana itu akan menjadi awalan yang bagus untuk langkah kita selanjutnya.

Dan langkah kita selanjutnya adalah membantu sekitar dengan prinsip Cloud Untuk Bangsa, dengan Cloud (internet) sebagai pusat dari era digitalisasi, kita bisa memanfaatkannya untuk membantu pegiat UMKM. Jadi bisa dibilang internet disini sangat demokrasi karena “dari rakyat (Gen Z) untuk rakyat (UMKM)”.

Ada berbagai macam cara yang bisa kita lakukan dalam upaya pemberdayaan UMKM, salah satunya adalah dengan membudayakan literasi digital. Literasi digital merupakan hal yang penting untuk bisa survive di dunia go digital. Pasalnya, kecakapan dalam penggunaan media digital adalah kunci dari UMKM bisa memasarkan produknya secara digital.

Selain itu, jika kamu ingin melangkah jauh kedepan, meningkatkan kemampuan dan potensi diri merupakan hal yang penting untuk membangun kepercayaan diri dalam berkarir. Dan terlebih lagi, jika kamu ingin bekerja di perusahaan idaman, kamu perlu meningkatkan kesan dirimu terhadap perusahaan.

Salah satunya adalah dengan membuat web portofolio. Pembuatan website juga cukup mudah karena didukung oleh layanan Content Management System (CMS) yang ramah bagi pemula, seperti Wordpress Hosting.

Tapi, apa sih manfaat web portofolio? Menurut IdCloudHost sebagai salah satu Cloud Provider Indonesia, terdapat 3 manfaat web portofolio dalam melamar pekerjaan yaitu:

  1. Mendapat tawaran pekerjaan dengan cepat, Web portofolio dapat membantu perusahaan yang mencari karyawan melalui situs pencari online.
  2. Mendokumentasikan hasil karya dan pengalaman yang pernah sudah diraih, Mendokumentasikan hasil karya di web portofolio akan mempermudah kamu untuk menjelaskan karya-karya yang pernah kamu buat saat ditanya oleh recruiter pada saat wawancara.
  3. Meningkatkan personal branding untuk fresh graduate, Dengan adanya web portofolio yang berisikan kualifikasi dirimu, maka akan menambah kredibilitas dirimu di hadapan recruiter.

Jadi, cukup bisa dipahami bahwa web portofolio memang cukup bermanfaat untuk para pelamar pekerjaan, khususnya untuk para fresh graduate.

Selanjutnya, kamu cukup bekerja keras bagai VGA untuk membantu memutar roda perekonomian di indonesia. hehe..

Itu dia sekilas mengenai kedekatan Gen Z dan teknologi di era digitalisasi, apakah artikel ini cukup related dengan dirimu sebagai Gen Z? Berikan jawabanmu di kolom komentar ya…


Referensi:

Nur Cholis Aku adalah saya, karena kamu adalah dirimu